Selasa, 03 Desember 2013

Review: Batik Air Economy Class from Jakarta to Yogyakarta

Saya pada awalnya cukup penasaran dengan kualitas pelayanan yang diberikan oleh Batik Air karena banyak yang mengatakan bahwa Batik Air merupakan versi premium Lion Air yang berusaha masuk ke pasar pengguna Garuda Indonesia. Begitu saya diharuskan untuk terbang dari Jakarta menuju kampung halaman saya di Yogyakarta, saya langsung membuka situs batikair.com untuk memesan tiket. Situs batikair.com lebih sederhana dan lebih cepat (loading dan prosesnya) dibandingkan situs lionair.co.id., padahal di situs batikair.com kita juga dapat memesan tiket Lion Air maupun Wings Air yang notabene masih satu grup. Saya cukup puas dengan kinerja website dan pemesanan tiket onlinenya (dengan pembayaran melalui ATM). Begitu tiket dibayarkan melalui ATM, e-mail itinerary langsung diterima. Saya mendapatkan tiket one way Jakarta – Jogja seharga Rp 445.000,00 (promo kelas ekonomi) yang bagi saya masih cukup murah dibandingkan dengan tiket Garuda Indonesia yang harganya biasanya diatas Rp 600.000,00.

Tanggal 27 Oktober 2013 adalah pertama kalinya saya terbang menggunakan Batik Air. Batik Air terbang dari Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Jam penerbangan saya dijadwalkan pagi pukul 5:40 WIB. Sayapun tiba di Terminal 3 satu jam sebelumnya (sekitar pukul 4:40) dan betapa kagetnya saya ketika itu bahwa saya sudah langsung dipanggil untuk boarding. Saya sedikit terburu-buru untuk masuk ke dalam pesawat dan ketika masuk ke dalam pesawat ternyata pesawat masih lumayan kosong. Ternyata pemanggilan boarding dilakukan lebih awal dan para penumpang diminta untuk menunggu cukup lama di dalam pesawat. Saya hingga bulan Desember 2013 telah tiga kali terbang menggunakan Batik Air dan hal tersebut memang terus terjadi dimana para penumpang diminta boarding awal dan menunggu di dalam pesawat (namun berangkat on-time). Beruntung AC di dalam kabin dingin sepanjang waktu, tidak seperti kejadian yang menimpa Lion Air pada bulan Oktober 2013 ketika seorang penumpang terpaksa membuka pintu darurat karena kepanasan menunggu di dalam pesawat. Pagi itu, ketika semua penumpang yang terdaftar telah masuk kedalam pesawat, pintu pesawat langsung ditutup dan siap untuk berangkat, bahkan pagi itu penerbangan ID 6360 menggunakan Boeing 737-900ER registrasi PK-LBM tiba di Yogyakarta 10 menit lebih awal dari jadwal.

Dari segi pelayanan, saya merasa standar Batik Air masih jauh dibawah Garuda Indonesia. Saya tidak merasakan keramahan dari para pramugari Batik Air. Anggapan saya, pada penerbangan pagi hari, seharusnya para pramugari masih dalam keadaan fresh dan mampu bersikap ramah kepada penumpang, bukannya bersikap judes. Saya juga sedikit kecewa ketika kotak snack dibagikan, kotak snack tersebut terasa ‘berat’. Ternyata sudah terdapat air mineral di dalam kotak snack tersebut dan kita tidak akan mendapatkan drink service (kopi / teh / juice / softdrink) seperti pada penerbangan Garuda Indonesia. Selain air mineral, didalam kotak tersebut hanya terdapat sebuah roti coklat yang hambar.

Diluar pelayanan, armada yang digunakan Batik Air cukup nyaman. Pesawat Boeing 737-900ER registrasi PK-LBM yang saya gunakan pagi itu masih tergolong baru (delivery date 18 April 2013). Setiap kursi berbalut kulit. Legroom cukup luas untuk kelas ekonomi dan Audio Video On Demand (AVOD) terdapat di setiap kursi. Walaupun demikian, untuk mendengarkan suara dari sistem AVOD tersebut, kita harus membeli headphone seharga Rp 25.000,00. Colokan headphonenya tidak umum sehingga saya tidak bisa menggunakan headphone milik saya sendiri (walaupun saya membawa adaptor colokan dobel yang biasanya cocok dipakai di pesawat-pesawat lain). Kalau kita tidak ingin menonton film, mendengarkan lagu, atau main game, AVOD tersebut dapat menunjukkan flight information yang bagi saya cukup menarik dan informatif. Sistem AVOD akan dimatikan 10 menit sebelum mendarat.

Overall saya cukup senang menggunakan Batik Air karena harganya bagi saya masih cukup terjangkau dibandingkan dengan Garuda Indonesia untuk rute penerbangan yang sama dan dari pengalaman saya beberapa kali terbang menggunakan Batik Air, selalu on-time. Namun saya tidak akan berharap akan mendapatkan servis yang baik dari para pramugari ataupun snack atau minuman yang menarik di dalam pesawat. Dengan harga tiket hanya berselisih Rp 150ribuan dari saudaranya Lion Air, saya tentu akan lebih memilih Batik Air.

Senin, 02 Desember 2013

Review: Malaysia Airlines Business Class from Yangon to Jakarta

Ketika saya mendadak butuh terbang dari Yangon ke Jakarta, saya mendatangi kantor Malaysia Airlines di Central Hotel Yangon untuk membeli tiket karena setelah melakukan survei di internet, tiket Malaysia Airlines berharga lebih murah daripada tiket maskapai lain seperti Singapore Airlines (via Singapura) dan Thai Airways (via Bangkok). Saya cukup terkejut ketika tiket kelas bisnis Malaysia Airlines one way Yangon – Jakarta via Kuala Lumpur dijual dengan harga promo yang cukup terjangkau, yaitu US$ 360, padahal biasanya harga tiket kelas bisnis one way sekitar US$ 600. Selisih dengan tiket kelas ekonomi juga hanya US$ 80. Karenanya, saya tidak berpikir panjang untuk segera memesan tiket kelas bisnis tersebut.

Saya terbang pada tanggal 4 Oktober 2013 dengan MH 741 (Yangon – Kuala Lumpur) dan MH 725 (Kuala Lumpur – Jakarta). Setelah cek in di counter Malaysia Airlines di Yangon International Airport, karena saya memegang tiket kelas bisnis, saya dipersilakan untuk menunggu di Royal Jade Lounge. Lounge tersebut cukup nyaman dengan berbagai makanan dan minuman yang bisa kita ambil sepuasnya, serta koneksi wifi yang lebih baik daripada area lain di bandara (walaupun masih tergolong lambat). Royal Jade Lounge di Yangon International Airport dari segi kenyamanan dan kelengkapan makanan menurut saya masih kalah jauh dibandingkan Executive Lounge Garuda Indonesia di terminal 2F.

Penumpang kelas bisnis menjadi yang pertama dipersilakan masuk ke dalam pesawat. Tempat duduk kelas bisnis ukurannya cukup lebar, terlapis kulit, dan bantal serta selimut sudah siap diatasnya. Ketika duduk, saya disambut dengan welcome drink (pilihannya orange juice, apple juice, dan signature drink Malaysia Airline yaitu pink guava juice) dan juga hot towel. Saya sedikit kecewa ketika mengetahui bahwa Boeing 737-800 registrasi 9M-MLG pada penerbangan MH 741 yang saya naiki tidak memiliki Audio Video on Demand (AVOD) sehingga tidak terdapat hiburan apapun selama perjalanan saya dari Yangon ke Kuala Lumpur dan memaksa saya hanya mengandalkan gadget pribadi saya untuk hiburan selama penerbangan. Namun demikian, pramugari Malaysia Airlines memberikan pelayanan yang cukup baik. Hidangan makan siang yang disajikan rasanya biasa saja bagi saya (saya memilih seafood and potatoes), namun karena penghidangannya standar kelas bisnis jadi makan siang di pesawat terkesan lebih istimewa.

Transit saya di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) berlangsung cukup cepat, tidak sampai satu jam. Untung saja pesawat saya dari Yangon hanya berada di gate yang bersebelahan dengan pesawat saya menuju Jakarta.

Ketika masuk di pesawat Boeing 737-800 registrasi 9M-MXL pada penerbangan MH 725, saya merasakan suasana yang sangat berbeda. 9M-MXL merupakan pesawat yang lebih baru daripada 9M-MLG yang saya gunakan sebelumnya dari Yangon. Pesawat saya kali ini telah dilengkapi dengan AVOD dan Boeing Sky Interior yang nyaman. Saya disambut dengan welcome drink dan hot towel, sama dengan penerbangan sebelumnya. Namun, makanan yang saya pilih rasanya jauh lebih enak daripada makanan pada penerbangan sebelumnya (saya memilih beef lasagna – dengan strawberry cake yang enak banget dan juga coklat Godiva). Pilihan film yang ditawarkan melalui AVOD cukup banyak dan dalam perjalanan saya dari Kuala Lumpur ke Jakarta saya berkesempatan menikmati film Hangover 3 sambil menikmati hidangan makan malam. Saya hanya sedikit kecewa dengan kualitas headphone yang disediakan yang terkesan sangat murah dengan kualitas suara yang tidak dapat dibilang bagus.

Saya tiba di Jakarta tepat waktu tanpa merasa lelah sedikitpun. Apabila memiliki dana lebih atau kebetulan terdapat tiket bisnis promo Malaysia Airlines, saya tidak akan berpikir dua kali untuk membelinya karena kelas bisnis benar-benar memberikan flight experience yang jauh lebih menyenangkan daripada kelas ekonomi. Namun bagi saya, akan sayang apabila anda menggunakan kelas bisnis untuk penerbangan yang kurang dari satu jam karena anda tidak akan dapat menikmati servis yang diberikan secara maksimal.

Review: AirAsia

Saya sejak kecil sangat tertarik dengan dunia penerbangan, namun baru beberapa tahun terakhir ini ketika saya bekerja di luar negeri saya mendapatkan kesempatan untuk sering terbang menggunakan pesawat udara. Melalui blog saya, saya ingin berbagi pengalaman mengenai perjalanan saya menggunakan beberapa maskapai dan pengalaman menyinggahi beberapa bandara.

AirAsia menjadi maskapai yang paling sering saya gunakan selain karena harga tiket yang paling terjangkau dan memiliki banyak rute termasuk ke kampung halaman saya yaitu Yogyakarta. Saya yang saat ini bekerja di Yangon dengan AirAsia menjadi mudah untuk pulang kampung dengan rute paling cepat yaitu Yangon – Kuala Lumpur – Yogyakarta.

Untuk mendapatkan tiket AirAsia berharga murah, anda harus rajin-rajin melihat situs airasia.com untuk mendapatkan tiket promo dan menggunakan kartu kredit untuk memesannya. Apabila anda tidak memiliki kartu kredit, sebaiknya anda meminta tolong teman yang memiliki kartu kredit untuk memesan tiket AirAsia untuk anda, karena harga tiket di agen travel tidak akan semurah harga tiket yang tercantum di situs airasia.com.

Karena AirAsia merupakan low-cost carrier, jangan heran apabila anda diminta untuk membayar lebih apabila ingin memilih tempat duduk, menambah bagasi, dan memesan makanan. Low-cost carrier akan sangat efisien apabila anda tidak memesan tempat duduk, bagasi, atau makanan. Apabila anda memesan tempat duduk, bagasi, dan makanan, bisa saja jumlah yang anda bayarkan setara dengan harga tiket full-serviced airline. Saran saya jika bepergian dengan AirAsia, tidak perlu untuk membawa bagasi. Beberapa hari sebelum tanggal keberangkatan, anda dapat melakukan cek-in secara online melalui situs airasia.com. Di beberapa bandara, anda tidak perlu mengantri panjang karena sudah disediakan tempat pengecekan dokumen khusus bagi yang telah melakukan cek-in secara online.

Tidak ada yang istimewa ketika berada di kabin pesawat AirAsia yang hampir kesemuanya merupakan jenis Airbus A320-200 dengan pesawat yang tergolong relatif baru. Tempat duduknya berlapis kulit dan cukup nyaman walaupun legroomnya terbatas. Jika anda ingin legroom yang agak luas, anda dapat memesan Hot Seat yang posisinya berada di depan atau di barisan pintu darurat dengan menambah sedikit biaya. Jangan berharap anda mendapatkan hiburan semacam AVOD atau PTV, karena satu-satunya hiburan di dalam pesawat adalah majalah milik AirAsia yaitu Travel 3 Sixty (tidak dapat dibawa pulang). Saya sarankan anda untuk mempersiapkan diri dengan gadget pribadi seperti smartphone / tablet / iPod untuk menghibur diri sepanjang perjalanan. Apabila anda lapar di perjalanan namun belum memesan makanan secara online, anda dapat memesan ketika anda sudah berada di pesawat walaupun pilihan menunya lebih terbatas dan beberapa item harganya lebih mahal.

Dari pengalaman saya, karakter pramugari/pramugara AirAsia cukup bervariasi, ada beberapa yang sangat ramah, ada beberapa yang judes dan tidak ramah, dan ada beberapa pula yang biasa-biasa saja.

Memang menggunakan AirAsia tidak akan senyaman apabila menggunakan full-serviced airline, namun apabila anda mendapatkan tiket promo dan tidak memerlukan tambahan bagasi, anda akan dapat menghemat banyak uang dibandingkan dengan menggunakan full-serviced airline.