Senin, 27 Juni 2016

Pengalaman Hidup: Enthusiast Pemula dalam Membangun Sistem Home Theater

Ketika telinga sudah tidak terpuaskan dengan sistem Home Theater in a Box (HTIB), saya merasa perlu untuk melakukan upgrade ke sebuah sistem home theater yang lebih advanced, terlebih lagi saya juga sudah melakukan upgrade TV yang sekarang menggunakan Samsung UE40JU6400 UHD-4K SmartTV.

Jantung utama sebuah sistem home theater adalah AV receiver. Agar fitur di TV tidak mubadzir, saya memutuskan untuk mencari sebuah AV receiver yang sudah support 4K, walaupun hanya passthrough, bukan upscaling. Karena keterbatasan anggaran dan juga ukuran ruangan yang tidak terlalu besar, saya rasa AV receiver 5.1 sudah cukup. Setelah melihat berbagai review di internet, pilihan saya jatuh pada AV receiver entry-level Pioneer VSX-430-k. Sejauh ini saya merasa performa VSX-430-k sangat baik. Output yang dimiliki termasuk yang terbesar di kelasnya. 130w per-channel yang dikeluarkan lebih dari cukup membunyikan satu set bookshelf speaker berukuran sedang. Bahkan untuk membunyikan satu set floorstanding speaker berukuran besar juga masih sanggup. Fitur yang dimiliki VSX-430-k walaupun termasuk entry-level sudah sangat banyak dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat memahami dan menggunakan seluruh fiturnya.

Membangun sebuah sistem home theater (yang bagus) harus sabar. Karena harga masing-masing komponen cukup mahal, saya belum mampu untuk langsung membeli semua komponen secara langsung sehingga harus dicicil satu persatu, bahkan beberapa komponen bekas masih saya gunakan, seperti DVD Player yang berasal dari HTIB yang saya miliki sebelumnya (Pioneer HTZ-101) dan bookshelf speaker Tannoy yang sudah termasuk barang vintage. Center speaker saya juga masih gunakan bawaan Pioneer HTZ-101.

Cukup disayangkan subwoofer bawaan Pioneer HTZ-101 bersifat pasif sehingga tidak dapat disambungkan dengan AV receiver Pioneer VSX-430-k. Karena saya merasa subwoofer adalah salah satu komponen terpenting sebuah sistem home theater, saya memutuskan untuk membeli sebuah subwoofer Yamaha YST-SW012, sebuah subwoofer entry-level yang sangat minim fitur namun memiliki review yang cukup baik. YST-SW012 hanya memiliki input LFE dan volume control, tidak memiliki input high-frequency, gain control, crossover, dan phase control sehingga jika ingin upgrade sistem dengan dua buah subwoofer, YST-SW012 tidak bisa digunakan.

Baru satu bulan dengan setup tersebut, saya merasa gatal untuk mengganti speaker bookshelf yang memiliki kemampuan lebih baik. Setelah mencari dan melakukan tes dengar, speaker yang sesuai dengan budget saya jatuh pada Cambridge Audio SX-50. Untuk menyambungkannya ke AV receiver tidak sembarangan, Altas Cable Equator 2.0, sekalian saya pilih produk yang bagus untuk memaksimalkan kinerja speaker, hasilnya sangat terasa dan saat ini saya cukup puas dengan setup sementara ini.


Berikut “damage” yang dikeluarkan (tidak termasuk barang lama seperti Pioneer HTZ 101 dan speaker Tannoy): Samsung UE40JU6400 UHD-4K SmartTV = 5,8 juta, Pioneer VSX-430-K (AV Receiver) = 4,5 juta, Yamaha YST-SW012 (subwoofer) = 2,2 juta, Cambridge Audio SX-50 (bookshelf speakers) = 3,7 juta, Atlas Cable Equator 2.0 = 800 ribu, sehingga total mencapai 17 juta.

Kedepan saya masih berkeinginan untuk melakukan upgrade terhadap Pioneer HTZ-101 menjadi sebuah Bluray Player yang support 4K. Center speaker dan surround juga masih perlu mendapat perhatian.

Ternyata banyak juga yang harus dikeluarkan untuk merakit sebuah sistem home theater (yang bagus). Namun demikian, kualitas suara yang dihasilkan sangat tidak bisa dibandingkan dengan HTIB. Sistem yang kita bangun sendiri, selain menghasilkan kepuasan tersendiri, suara yang dihasilkan benar-benar bisa membuat kita tersenyum, baik ketika menonton film, maupun sekedar mendengarkan musik.