Sabtu, 25 Januari 2014

Review: Golden Myanmar Airlines from Singapore to Yangon and Yangon to Singapore

Pada akhir bulan November 2013 ketika saya butuh untuk terbang dari Singapura ke Yangon, saya sempat kebingungan karena harga tiket pesawat yang cukup mahal. Harga tiket Singapore Airlines / Silk Air mencapai lebih dari US$ 330, bahkan low-cost carrier seperti Jetstar memasang tarif lebih dari US$ 256 one-way. Kemudian saya ingat bahwa saya memiliki teman yang bekerja di Golden Myanmar Airlines (GMA), maskapai yang ternyata juga memiliki rute penerbangan Singapura-Yangon. Ketika saya melihat harga tiket GMA secara online, saya cukup terkejut dengan harga tiket yang cukup murah, yaitu US$ 106 untuk rute one-way Singapura-Yangon, sudah termasuk bagasi 20kg. Karena saya tidak memiliki kartu kredit, saya meminta tolong teman saya untuk membelikan tiket dari travel agent di Yangon dan agar itinerarynya dikirimkan melalui e-mail. Ketika saya tanyakan ke teman saya, ternyata harga di travel agent sama dengan harga tiket online.

Saya sempat mengalami masalah karena perlu untuk memajukan satu hari jadwal penerbangan saya. Ketika saya berada di Changi Airport saya sempat bingung mencari counter GMA untuk mengurus perubahan tiket saya. Ketika saya tanya ke bagian informasi, diberitahukan bahwa counter GMA baru buka jam 1 siang, padahal ketika itu masih jam 10 pagi. Sayapun diminta untuk datang ke kantor GMA di lantai 4 Terminal 1 Changi Airport jika ingin memajukan jadwal penerbangan saya. Orang-orang di kantor GMA cukup ramah dan melayani perubahan tiket saya dengan cepat. Saya hanya dikenakan biaya perubahan tiket sebesar 36 Dolar Singapura (totalnya masih jauh lebih murah dari harga tiket maskapai lain).

Ketika dilihat dari luar, pesawat GMA Airbus a320-232 dengan registrasi XY-AGS yang saya gunakan untuk rute Singapura-Yangon tampak baru, namun ketika masuk ke kabin langsung tahu bahwa sebenarnya pesawat yang saya naiki sudah cukup berumur (first flight 17 Januari 2001), terlihat dari panel-panelnya yang sudah kusam dengan kursi berwarna biru yang tidak dibungkus kulit. Saya merasakan legroom yang sangat sempit dan menemukan desain sabuk pengaman yang cukup unik (dengan dua lubang pengunci) yang bagi saya sedikit lebih sulit untuk dipasangkan daripada sabuk pengaman biasanya. Karena termasuk low-cost carrier, tidak ada hiburan di dalam kabin kecuali majalah.

Pengumuman oleh pilot dan pramugari disampaikan menggunakan dua bahasa, Inggris dan Myanmar. Saya memperhatikan bahwa hampir seluruh penumpang GMA rute Singapura-Yangon adalah warga negara Myanmar, terlihat dari paspor dan bahasa berbicara mereka sehingga mereka sangat terbantu dengan pengumuman yang disampaikan dengan Bahasa Myanmar. Pramugari dan pramugara GMA sangat ramah, bahkan mereka membantu mengisikan arrival card bagi orang-orang Myanmar yang kebanyakan masih kesulitan dalam pengisiannya. Ketika melihat menu makanan dan minuman yang dijajakan di dalam pesawat, saya cukup terkejut dengan murahnya harga makanan dan minuman yang ditawarkan dibandingkan dengan low-cost carrier lain yang pernah saya naiki seperti AirAsia atau Jetstar, bahkan kita dapat membayar dengan mata uang Myanmar (Kyat). Setibanya di Yangon International Airport, pesawat parkir di depan terminal domestik dan tidak terparkir di boarding bridge sehingga kita diantar menggunakan bus ke terminal internasional.

Karena cukup puas dengan penerbangan pertama saya dengan GMA, di awal bulan Januari 2014 ketika saya butuh terbang dari Yangon ke Singapura, saya kembali menggunakan GMA untuk kedua kalinya. Kali ini saya membayar US$ 144 untuk tiket saya, sudah termasuk jatah bagasi 40kg. Pesawatpun parkir di terminal domestik Yangon Internatinal Airport sehingga harus menggunakan bus menuju pesawat dan tidak melalui boarding bridge. Saya sempat mengira akan menggunakan pesawat XY-AGS seperti sebelumnya, ternyata kali ini saya mendapatkan pesawat yang lebih baru yaitu Airbus a320-232 dengan registrasi XY-AGT (first flight 23 Maret 2004). Interior pesawat tampak lebih bersih dengan kursi berbalut kulit dan desain sabuk pengaman konvensional seperti pesawat lainnya.

Overall, saya cukup puas dengan pelayanan yang diberikan oleh GMA. Keluhan saya hanyalah legroom yang cukup sempit. Ketika saya mengeluhkan hal tersebut kepada teman saya yang bekerja di GMA, ia mengatakan bahwa hal tersebut tidak akan saya keluhkan apabila saya memesan tempat duduk didepan dengan hanya menambah biaya sebesar US$ 10.

2 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Anonim mengatakan...

Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..